Masa Depan Kerja Sama Media di Asia-Pidato Mario Vau
  2017-03-24 09:25:21  CRI

(Mario Vau: Manajer Divisi Elshinta untuk Urusan Media Online dan Digital)

Terimakasih kepada tuan rumah atas keramahannya di forum tahunan ini. Ini merupakan kesempatan kedua ke negara anda, dan saya terhormat untuk berada di Pulau Hainan yang sangat indah dengan iklim tropis yang membuat saya serasa berada di kampung halaman.

Ibu dan bapak sekalian, kini kita menghadapi cara yang semakin beragam untuk mengkonsumsi berita. Bukan hanya sumbernya tetapi jenis medianya juga berkembang pesat. Hal ini sangat mengasyikkan dan juga berpotensi mengkhawatirkan. Apa yang menjadi kekhawatiran belakangan ini di media dunia dan Indonesia? Adanya fenonena "BERITA PALSU" atau dikenal sebagai Hoax di Indonesia.

Untuk menggambarkannya saya gunakan lelucon ini:

"Seorang wartawan datang ke klinik terdekat dan berbicara kepada petugas, "Saya ingin bertemu dengan dokter mata-telinga"

"Tidak ada jenis dokter seperti itu," kata petugas. "Mungkin anda mau menemui yang lain?"

"Tidak, saya perlu bertemu dokter mata-telinga" katanya

"Tapi memang tidak ada dokter seperti itu. Kita ada dokter untuk mata dan dokter untuk Telinga-Hidung-Tenggorokan, tetapi tidak ada dokter mata-telinga"

"Tidak bisa." katanya, "saya mau bertemu dokter mata telinga"

Setelah berlanjut beberapa waktu, petugas bertanya, "Pak, tidak ada dokter seperti itu, tetapi jika ada, kenapa anda ingin bertemu dengannya?"

"Sebab" kata pria itu, "Saya mendengar satu hal dan melihat yang lain,"

Jaringan kami di Radio Elshinta sempat menjadi korban keadaan yang hampir sama, bersama beberapa stasiun televisi. Kita sempat ditegur oleh Komisi Penyiaran karena membagikan informasi yang membuat publik cemas, meski kita jelas telah mengatakan bahwa laporan yang masuk ini masih belum diverifikasi dan sedang kita telusuri.

Sementara kita terus memberikan status terbaru, keadaan pada hari ini mencerminkan suatu kekhawatiran dalam melaporkan, karena ada kemungkinan tuduhan berita bohong. Jika anda ingat, pada pertengahan Januari 2016, Jakarta menjadi korban serangan pada sebuah pos polisi di tengah kota Jakarta yang dikenal sebagai Peristiwa Pemboman Thamrin.. Tidak lama setelah ada laporan pria bersenjata yang sembunyi di sebuah gedung, tersebar laporan ledakan dan penembakan di bagian lain kota Jakarta. Akhirnya laporan ini diketahui tidak benar.

Sayangnya, beberapa stasiun televisi melaporkan ledakan yang terjadi dalam update mereka, sementara Elshinta melaporkan kemungkinan adanya ledakan dan tengah mencoba verifikasi informasi ini. Pertimbangan kami pada waktu itu adalah keamanan masyarakat yang tengah menuju tempat kerja. Akhirnya kita juga melaporkan perkembangan terbaru berdasarkat fakta di lapangan.

Situasi ini sama dengan dilema yang kami hadapi. Melaporkan secara cepat sementara mengumpulkan fakta sebanyak mungkin. Terutama jika ada kepentingan dan keamanan publik. Saya percaya bukan hanya kita dalam situasi yang sama. Dalam satu wawancara, Ketua Dewan Pers Indonesia, Pak Yosep Adi Prasetyo mengatakan pada The Jakarta Post bahwa kepercayaan publik pada media umum telah berkurang sejak pemilihan umum yang terakhir.

"Publik melihat beberapa perusahaan media secara terbuka mendukung calon dalam pemilihan, sementar para pemilik juga terlibat dalam politik praktis. Lebih parah, sejumlah wartawan secara terbuka medukung calon tertentu. Reaksi publik adalah pergeseran bertahap tapi meningkat dalam mengandalkan informasi tangan kedua dan forum informal seperti media sosial dan informasi yang beredar dalam Group Chat sebagai sumber berita,"

Dewan Pers merespons dengan memperkenalkan logo khusus bagi media yang telah lolos verifikasi oleh dewan. Ini merupakan bagian dari usaha nasional melawan perederean berita palsu. Sekali lagi kita temukan kebutuhan untuk menyeimbangkan antara independensi dan pelaporan yang bertanggung jawab.

Apa hubungannya dengan tema ini? Yaitu bagaimana menumbuhkan mekanisme bagi kerjasama media yang memperkuat ketersambungan di region kita.

1. Kita perlu mempertahankan integritas dan ketepatas peloporan

2. Pada waktu sama, penting menyeimbangkan kepentingan umum untuk kebenaran dan melakukannya dengan cara yang efisien.

3. Sekali lagi kita perlu dapat bekerja secara mandiri, tetapi dengan itu ada tanggung jawab untuk pelaporan yang akuntabel.

Menjawab poin pertama dan kedua, saya yakin ada sebuah fonasi baik dalam forum ini. Media kita mewakili titik acuan bagi lembaga publik, pemegang kepentingan dalam masyarakat dan pengambil keputusan. Warga mempercayai laporan kita. Hal ini dapat memberikan pengaruh yang besar dalam masyarakat. Oleh karena itu kita harus mengusahakan yang terbaik dalam hal ketepatan dan kecepatan untuk kepentingan publik. Bahkan jika terkadang, usaha terbaik kita akan diperiksa secara seksama – seperti dalam kasus Radio Elshinta di atas – hal itu adalah risiko yang sepadan, jika kita yakin bahwa kepentingan publik lebih terlayani oleh keputusan memberitakan di banding menahannya.

Supaya laporan kita tidak dikritik oleh publik yang semakin skeptis, kita perlu bekerja konsisten. Kita tidak boleh "lempar batu sembunyi tangan' seperti pepatah Indonesia ketika harus bertanggung jawab. Laporan haus didukung fakta, dan tanpanya perlu penjelasan untuk menghindari tuduhan Berita Palsu. Bahkan denga syarat seperti itu, selalu ada risiko dicap subyektif, tapi saya melihat publik yang lebih bijaksana akan mengganjar kita dengan kesetiaan mereka, selama kita bekerja dengan baik. Media kita masing-maising punya unsur yang sama dalam integritas, bekerja untuk umum dan memberitakan secara tanggung jawab. Inilah aset yang dapat kita bangun.

Terkait aspek praktis dari kerjasama media, saya kira jawabannya ada dalam cara kita memanfatkaan jaringan di antara kita. Jangan kita meninggalkan forum ini dengan hanya sekedar tukar kontak, tetapi juga kita jaga hubungan kita melalui kepentingan media yang mengerucut dan tumpang tindih sebisa mungkin.

Contohnya, kenapa kita tidak bekerja sama secara unik dengan sebuah layanan agregator berita di tingkat Asia? Sudah ada beberapa kemajuan dallam fenomena media, dan meminjan beberapa nama terkenal dari Tiongkok seperti Jinri Toutiao (Bytedance), UC News and Investment dari Bertelsmann Asia Investment yang berkomitmen dalam agregator berita di negara saya. Saya mengajukan hal yang serupa dari konferensi ini, dan perusahaan kami dengan senang hati ingin berpartisipasi

Mari kita bangun penggunaan kontak baru dan hubungan ini dalam beberapa hari ke depan untuk bangun jaringan yang cair dan dinamis dan berkembang jadi aplikasi untuk Asia dan bahkan dunia. Dengan cara yang baik, insiatif itu dapat memberikan kerangaka untuk tingkatkan peran media Asia khususnya. Bayangkan berapa banyak kesempatan bisnis, sosial dan kebudayaan yang berkembang karena hasil kerjasama media kita."

Bentuk nyata dari kerasama ini adalah pertukaran konten. Kita seharunya berbagi dan memenmpatkan suatu porsi tertentu di media kita dari rekan-rekan. Isinya dapat terkait topik budaya, ide pendidikan dan tren sosial.

Hal ini adalah tema yang meningkatkan kepercayaan untuk kerjasama lebih lanjut. Akhirnya, jika sebuah media putuskan untuk pertukaran yang lebih dalam lagi yang mungkin juga menyentuh politik, keamanan dan kepenitngan strategis, amka hal ini sudah menjadi awal yang baik.

Izinkan saya tutup dengan peribahasa dari Tiongkok mengenai semangat kerjasama.

"Dengan sekop tanah yang cukup dapat membangun gunung. Dengan ember air yang cukup dapat membangun sungai."

Mari kita mulai dengan tantangan mengumpulkan sekop dan ember penuh air dan tanah. Terima kasih.

Stop Play
Terpopuler
• Xi Jinping Temui Pangeran Andrew Edward
• Xi Jinping Sebut Tiongkok Akan Berkembang dalam Lingkungan Keterbukaan
• Xi Jinping Memimpin Sidang Pertama Komisi Pekerjaan Urusan Luar Negeri Komite Sentral PKT
• Tiongkok Siap Berikan Pembalasan Terhadap Tarif Impor Baru AS
• Wang Yi Temui Menteri Luar Negeri Korea Utara Ri Yong Ho
• Xi Jinping Adakan Pembicaraan dengan Presiden Zimbabwe
Indeks>>
Komentar Pembaca
• Surat dari pendengar setia Bpk. Rudi Hartono
5 tahun sudah berlalu saya bersama rekan H Sunu Budihardjo mengunjungi Kota Beijing dimana telah terukir  kenangan terindah dalam kehidupan saya dalam memenangkan Hadiah Utama 60 tahun hubungan diplomatic Tiongkok – Indonesia dan 60 tahun berdirinya China Radio International. Saya bersama rekan H Sunu Budihardjo menuju Beijing pada 12 Juli 2010 disambut hangat oleh salah satu penyiar CRI, Nona Nina di Bandara International Beijing.  Kami pun menginap di salah satu hotel di Beijing untuk melakukan perjalanan wisata kota Beijing. Berikut tempat wisata yang kami kunjungi adalah :
• 0062813****0007
1. CRI (Bahasa Indonesia) disiarkan melalui Elshinta. Sekarang pindah gelombong berapa ? 2. Apa CRI (Bahasa Indonesia) tdk diadakan lagi di Indonesia ? Mohon balasan !
• 0062813****2398
halo,sy orang china yg belajar di indonesia, tadi sy mendengar acara LENTERA, judulnya Hunan. dalam perbincangan ini, mereka bilang di China ada 31 propinsi, informasi ini salah,sebenarnya di negara sy ada 34 propinsi.
• 0062852****5541
bpk maliki yangdhsebut roh papaptlimo pancer semua itu roh goep kalao orang yang ber agama itu beri nama para dewa itusemua menyatu dengan alam papat nomer satu aer yang disebut kakang kawa dua adik ariari tiga puser empat gete atau dara yang alam papat aer bumi angen api makanya kalau sembayang harus aranya kesitu itu yang benar roh empat itu yang menjaga manusia tiga alam semua meyakinni agama menyimpang dari itu sekarang alam suda rentan karena manusia suda menyimpang dari itu orang kalau jau dari itu tidak bisa masok suargo yangdi sebut suargo artinya sokmo masok didalam rogo manusia lagi bareng sama
Indeks>>
© China Radio International.CRI. All Rights Reserved.
16A Shijingshan Road, Beijing, China. 100040