Bank Sentral Tiongkok dan Kementerian Industrilisasi dan Informatika Tiongkok baru-baru ini mempublikasikan "Pedoman Mengenai Dukungan Finansial Terhadap Pembangunan Negara Kuat Manufaktur". Pedoman tersebut menekankan perlunya upaya keras untuk membangkitkan ekonomi riil, terus memberikan dukungan dan layanan di bidang finansial untuk membangun Tiongkok sebagai negara manufaktur yang kuat.
Untuk mendorong eskalasi industri manufaktur, pada 2015 lalu, Tiongkok telah meluncurkan program satu dasawarsa ke-11 yang dinamakan Made in China 2025, untuk menjadikan Tiongkok sebagai negara manufaktur yang kuat. Kemarin (28/3), sejumlah kementerian dan lembaga pemerintah Tiongkok, termasuk Bank Sentral Tiongkok dan Kementerian Industrialisasi dan Informatika mengumumkan akan memperkuat dukungan dan layanan finansial kepada program Made in China 2025.
Akademisi dari Akademi Teknik Tiongkok, Li Bohu menunjukkan bahwa industri manufaktur Tiongkok saat ini sedang berada pada tahap transformasi dan eskalasi, dari penelusuran hingga menjadi inovasi mandiri, dan dari tradisional menuju era digital, sehingga membutuhkan dukungan pendanaan.
Direktur Institut Sekuritas dan Finansial Universitas Teknologi Wuhan Dong Dengxin berpendapat, selama beberapa tahun ini, kebanyakan dana disalurkan kepada ekonomi virtual dibandingkan ekonomi riil, sehingga memperlemah pondasi industri. Pakar itu menyatakan, dukungan finansial kepada industri manufaktur tidak hanya berarti pemberian kredit bank-bank kepada ekonomi riil seperti yang sudah dilakukan di masa lalu, pendanaan bisa direalisasi melalui pasar saham, pasar utang dan sumber dana lainnya. Semua dana boleh digunakan untuk mengembangkan industri manufaktur. Dukungan tersebut juga lebih bagus jika diberikan pada industri manufaktur yang modern dan mutakhir.