Melalui perdebatan dan pertimbangan selama lebih dari 9 bulan, pemerintah Inggris hari ini (29/3) secara resmi memulai prosedur Brexit, yang menandakan sebuah langkah simbolis yang diambil negara tersebut.
Dengan segala cara menjaga kepentingan negaranya sendiri merupakan pertimbangan strategis dalam perundingan Brexit Inggris, atau dengan kata lain, sebagaimana diucapkan Perdana Menteri Inggris Theresa May, yakni Inggris ingin mencapai persetujuan perdagangan bebas tipe baru yang komprehensif dan berani tapi ambisius dengan Uni Eropa. Namun yang menjadi masalah sekarang ialah apakah Inggris dapat mencapai persetujuan dengan Uni Eropa dan mengoptimalkan kepentingannya sendiri seperti apa yang diharapkannya.
Berdasarkan mekanisme pengunduran diri dari keanggotaan Uni Eropa yang ditetapkan pasal ke-50 Perjanjian Lisabon, jika tidak mendapatkan persetujuan semua negara anggota Uni Eropa mengenai penundaan, maka Inggris baru dapat keluar dari Uni Eropa dua tahun lagi. Menurut waktu ini, Inggris seharusnya akan menjadi Negara non Uni Eropa pada bulan April 2019. Tapi sebelum itu apakah kedua pihak dapat menetapkan hal-hal pasca Brexit masih merupakan sebuah tanda tanya.
Hari Senin (27/3) lalu, Theresa May mengunjungi Skotlandia, dan ketika menyinggung Brexit, ia mengatakan, Inggris ingin membangun sebuah Inggris yang lebih global. Inggris akan mempertahankan hubungan bersahabat dan sekutu paling erat dengan Eropa, selain itu, Inggris juga akan melihat dunia di luar Eropa dan mengembangkan hubungan dengan sahabat lama maupun sahabat baru. Menteri Luar Negeri Inggris Johson menekankan, waktu dua tahun cukup untuk mencapai persetujuan baru dengan Uni Eropa dan ia menambahkan, kalau persetujuan baru gagal dicapai, Inggris langsung keluar dari Uni Eropa juga tidak menjadi masalah .
Akan tetapi, kebanyakan politikus dan sarjana meragukan persetujuan dapat dicapai dalam waktu dua tahun. Harian Guardian Inggris dengan mengutip pendapat sejumlah sarjana mengatakan, dalam waktu dua tahun, Inggris mungkin hanya dapat mencapai sebuah kerangka persetujuan yang sederhana mengenai perdagangan. Rincian pelaksanaan ke depan bahkan mungkin sulit mencapai persetujuan kerangka pokok. Yang menjadi kerumitan adalah reposisi hubungan bilateral pada dua tahun mendatang.
Harian Daily Mail Inggris mengatakan, dalam perundingan dengan Uni Eropa terdapat ketidak-pastian, "berpisah baik-baik" atau "berpisah secara tak menyenangkan" kini masih sulit dipastikan. Jika 'berpisah secara baik-baik', maka itu sesuai dengan kepentingan Inggris, dan dampak negatif terhadap Uni Eropa juga relatif kecil karena ekonomi kedua pihak telah berintegrasi dan saling melengkapi, sejumlah kepentingan juga bersangkut-paut dan cukup rumit. Setelah keluar dari Uni Eropa, jika Inggris dapat terus mendapatkan akses pasar tunggal Uni Eropa, maka itu sangat menguntungkan Inggris. Sebaliknya, jika perundingan gagal pada akhirnya, persetujuan akan sulit dicapai, kedua pihak akan mengalami kerugian, dan kerugian Inggris akan lebih besar lagi.