Presiden baru Korea Selatan Moon Jae-in dilantik secara resmi pada hari Rabu (10/5) kemarin. Ia menyatakan, dirinya akan menjadi presiden seluruh warga Korsel dan berupaya membangun negara baru di mana seluruh rakyat bersatu dan hidup berdampingan secara harmonis. Opini menunjukkan, terpilih dan dilantiknya Moon Jae-in sebagai Presiden berarti kekosongan kekuasaan Korsel yang telah berlangsung selama lebih dari 150 hari pada akhirnya berakhir, dengan demikian Korsel akan membuka lembaran reformasi dan kerja sama yang baru.
Pemilihan presiden kali ini diadakan di tengah kekosngan kursi jabatan presiden, setelah mantan Presiden Park Jeung-hye dimakzulkan. Di satu aspek, tingkat partisipasi dalam pemberian suara sebesar 77,2 persen merupakan angka tertinggi sejak pemilihan presiden ke-16 pada tahun 2002, hal ini menunjukkan keinginan mendesak rakyat Korsel untuk mengupayakan reformasi dan pembangunan setelah terungkapnya kasus intervensi teman dekat presiden terhadap urusan Negara. Di aspek lain, bagi Presiden terpilih Moon Jae-in, dirinya langsung dilantik tanpa serah-terima jabatan Presiden maupun jeda peralihan kekuasaan.
Kemarin pagi, Moon Jae-in terlebih dulu mengadakan komunikasi telepon dengan kepala staf umum gabungan untuk mendengarkan laporan mengenai aktivitas militer Korut dan tanggapan militer Korsel. Analisa berpendapat, kini krisis keamanan di Semenanjung Korea terus meningkat, hubungan telepon antara Moon Jae-in dengan komandan militer tertinggi telah menunjukkan perhatian besarnya terhadap keamanan Negara, sehingga meredakan sentimen warga negara. Pada hari yang sama, Moon Jae-in juga menemui perwakilan dari empat partai oposisi dan menghimbau berbagai partai memberikan dukungan dan bekerja sama dalam urusan politik dan pemerintahan.
Kemarin siang, Moon Jae-in dilantik secara resmi di Gedung Parlemen. Dirinya menyampaikan pidato singkat selama 11 menit sebagai pengganti upacara pelantikan yang biasanya dilakukan. Ia mengatakan, akan memenuhi tanggung jawab sebagai Presiden ke-19 Korsel dengan penuh kerendahan hati. Pertama, ia akan menghapuskan budaya presiden otoriterisme dan setelah semuanya beres, ia akan meninggalkan Kantor Presiden Cheong Wa Dae dan siap setiap saat melakukan kontak dengan warga Korsel; kedua, akan mempercepat penyelesaian krisis keamanan, dirinya siap kapanpun mengunjungi AS, Tiongkok dan Jepang demi perdamaian Semenanjung, jika memungkinkan, dia juga bersedia mengunjungi Korut; ketiga, ia akan mengubah konfigurasi politik yang retak dan bertentangan, mengakiri konfrontasi antara kubu konservatif dan progresif; ke-empat, akan berupaya menyelesaikan masalah kehidupan rakyat, menciptakan kesempatan kerja, mengadakan reformasi keuangan dan mengontrol nepotisme.
Mengenai masalah THAAD, Moon Jae-in mengatakan, ia akan mengadakan konsultasi dengan pihak Tiongkok dan pihak AS mengenai masalah tersebut.