UE Kenakan Tarif terhadap Impor Beras Kamboja dan Myanmar

2019-01-21 10:13:56  

Uni Eropa akan memberlakukan “tindakan proteksi” terhadap impor beras dari Kamboja dan Myanmar demi kepentingan para produsen beras negara-negara Uni Eropa. Menurut maklumat Komisi Uni Eropa, tindakan proteksi tersebut mulai diberlakukan pada 18 Januari, dengan rinciannya Uni Eropa akan mengenakan tarif untuk kurun waktu tiga tahun terhadap beras yang diimpor dari kedua negara tersebut, yakni sebesar 175 Euro per ton pada tahun pertama, 150 Euro per ton pada tahun kedua, dan 125 Euro per ton pada tahun ketiga.

Menurut statistik Sekretariat Ekspor Beras di bawah Kementerian Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Kamboja, pada tahun 2018, Kamboja total mengekspor sebanyak 620 ribu ton beras, di antaranya 270 ribu ton dieskpor ke Uni Eropa, atau sebesar 42,98 persen dari total ekspor beras Kamboja. Dengan pemberlakuan tarif tambahan tersebut, Kamboja setiap tahun kira-kira akan dipungut tarif sebanyak 60 juta dolar AS.

Kamboja dan Myanmar adalah dua negara yang diberikan perlakuan preferensial tarif Uni Eropa. Kecuali senjata dan amunisi, semua produk yang diekspor kedua negara tersebut ke Uni Eropa diberikan perlakuan kebebasan tarif. Akan tetapi, kali ini Uni Eropa justru berbuat hal yang melanggar peraturan tersebut dengan mengenakan tarif terhadap impor beras dari Kamboja dan Myanmar.

Uni Eropa memberikan penjelasannya bahwa dalam waktu lima tahun terakhir, harga beras yang diimpor dari Kamboja dan Myanmar jauh lebih rendah daripada harga pasar Uni Eropa, sehingga telah menimbulkan dampak terhadap produsen beras Uni Eropa. Volume beras dari Kamboja dan Myanmar meningkat tajam di pasar Uni Eropa untuk mencapai 89 persen pangsa pasar. Untuk melindungi kepentingan para produsen beras setempat, Uni Eropa terpaksa mengambil keputusan untuk mengenakan tarif atas impor beras dari Kamboja dan Myanmar.

Akibat pengenaan pajak impor oleh Uni Eropa, harga beras Kamboja dan Myanmar akan kehilangan keunggulannya di pasar Uni Eropa sehingga penjualannya akan menghadapi situasi yang suram. Menghadapi keputusan Uni Eropa tersebut, Perhimpunan Beras Kamboja menyatakan sudah meminta pemerintah Kamboja untuk merilis kebijakan setimpal untuk mengurangi ongkos produksi dan ekspor beras domestik.

Sebagai informasi, Tiongkok sudah berturut-turut empat tahun menjadi negara pengimpor terbesar beras Kamboja. Menurut statistik pihak resmi Kamboja, pada tahun 2018, Kamboja total mengekspor beras sebesar 630 ribu ton, atau turun 1,5 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya. Di antaranya, ekspor beras kepada Tiongkok mencapai 170 ribu ton, atau 27,17 persen dari total ekspornya. Setelah Tiongkok, Perancis, Malaysia, Gabon dan Belanda adalah empat negara pengimpor terbesar beras Kamboja pada tahun lalu. Hal serupa juga terjadi di Myanmar.

Seiring dengan pelaksanaan lebih lanjut inisiatif Satu Sabuk Satu Jalan serta pembangunan Jalur Perdagangan Tiongkok-ASEAN, dapat diyakini bahwa semakin banyak beras dari Kamboja dan Myanmar akan memasuki pasar Tiongkok.

璧甸