Presiden Dewan Bisnis AS-Tiongkok, Craig Allen Rabu (12/9) mengatakan, akibat ketegangan situasi sengketa perdagangan AS-Tiongkok, berbagai daerah dan perusahaan AS terus mengalami kerugian, khususnya di bidang penjualan ritel yang terdampak kebijakan tarif tambahan.
Laporan Dewan Bisnis AS-Tiongkok menunjukkan, dari 2009 hingga 2018, ekspor barang AS terhadap Tiongkok meningkat 72 persen, sedangkan ekspor barang AS terhadap kekuatan ekonomi lainnya mencatat kenaikan 57 persen. Dari 2008 hingga 2017, ekspor jasa AS terhadap Tiongkok meningkat 258 persen, jauh lebih cepat dibandingkan laju pertumbuhan sebesar 49 persen yang dicatat AS dengan ekonomi lainnya.
Menurut laporan tersebut, pada 2018, ekspor produk pertanian AS terhadap Tiongkok, terutama kedelai mengalami penurunan drastis. Data yang diumumkan Rabu menunjukkan, pada 2018, sebanyak 1,1 juta lapangan kerja di AS tergantung pada ekspor barang dan jasa terhadap Tiongkok, yang mengimplikasi bahwa perdagangan AS-Tiongkok tidak hanya berperan penting bagi perusahaan dan para konsumen AS, tapi juga bagi kaum buruh dan karyawan AS.
Craig Allen mengatakan, ekonomi AS dan Tiongkok bersifat saling melengkapi. Penurunan ekspor dengan Tiongkok akan berimbas pada persediaan lowongan kerja bergaji tinggi di AS. Dewan Bisnis AS-Tiongkok akan terus mengimbau pemerintah untuk mencari solusinya melalui pendekatan perundingan, termasuk penghapusan kebijakan tarif tambahan.
